
MENANAM POHON DAN MENCABUT AKAR KORUPSI
Tanggal 1 Desember 2007 merupakan gerakan penanaman sepuluh juta pohon di seluruh Indonesia, gerakan ini dicanangkan oleh ibu negara Republik Indonesia yakni ibu Ani Bambang Yudhoyono yang dilaksanakan oleh tujuh organisai wanita Indonesia yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat bangsa Indonesia. Gerakan ini sendiri konon katanya dilakukan sebagai langkah antisipasi atau solusi terhadap kekhawatiran atas pemanasan global.
Saya pikir gerakan ini harus mendapat apresiasi positif dari seluruh masyarakat tanpa kecuali, karena melalui gerakan ini diharapkan akan tumbuh kesadaran terhadap betapa pentingnya arti lingkungan hidup bagi setiap manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga akan terbentuk interaksi yang sehat, harmonis dan stabil.
Melalui gerakan ini pula kita diingatkan akan suatu cita-cita bangsa yakni menjadikan negara Indonesia sebagai paru-paru dunia, yang lambat laun cita-cita itu telah rusak tergerus kepentingan sesaat. Pemanfaatan hutan tanpa konsep kepentingan jangka panjang yang sangat dibutuhkan oleh seluruh generasi bangsa ke depan. Perusakan hutan telah menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan kini menjadi pemandangan sehari-hari bagi bangsa yang besar ini.
Dikatakan telah terjadi pencemaran lingkungan akibat pemanfaatan hutan karena dari pemanfaatan tersebut fungsi lingkungan telah turun kepada kondisi tertentu sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dikatakan telah terjadi kerusakan lingkungan karena lingkungan sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi sebagaimana mestinya. Sekali lagi kondisi ini merupakan pemandangan sehari-hari bangsa Indonesia sehinga disinyalir kondisi ini sebagai salah satu penyebab terjadinya pemanasan global, yang kemudian menggugah para srikandi bangsa untuk melakukan gerakan tanam sepuluh juta pohon.
Namun demikian ada yang menggelitik pemikiran saya, kemudian tiba pada sebuah pemikiran seberapa besar pengaruh gerakan ini bagi tumbuh kembangnya pemikiran yang sehat bagi para pengelola hutan yang sudah dininabobokan sekaligus dilindungi tindakannya oleh tiga huruf sakti bernama HPH? tiga huruf ini seolah menjadi alat legitimasi untuk merusak hutan, dan pada kenyataannya hutan-hutan mulai gundul tak karuan, tak memiliki harapan bagi anak bangsa dan salah satu sumber bencana. Barangkali gundulnya Ronaldinho lebih menarik ketimbang gundulnya hutan kita.
Kekhawatiran saya bukan tanpa alasan, karena masih ada pernyataan pejabat kehutanan yang berada di wilayah Banten misalnya, yang menyatakan gundulnya hutan kita masih sedikit, masih kecil dan masih dalam batas yang wajar. Innalilahi wa innailaihi roji’un, sedikit demi sedikit lama-lama hutan disekitar kitapun akan menjadi sumber bencana karena dibiarkan gundul.
Mari Cabut Pohon Korupsi
Korupsi merupakan bagian hulu, yang menjadi hilirnya adalah Kolusi dan tengahnya adalah nepotisme, timbulnya HPH tanpa kontrol yag jelas sebagai wujud kepedulian terhadap kepentingan masyarakat adalah indikasi awal bagi adanya hilir dan tengah tadi, jika terus dibiarkan maka HPH atau sejenisnya telah berubah menjadi pohon korupsi itu sendiri. Untuk itu apresiasi positif bagi gerakan penanaman sepuluh juta pohon yang dilakukan oleh anak bangsa ini adalah pengetatan HPH atau sejenisnya sehingga ijin bagi pengelolaan hutan benar-benar dilakukan dengan konsep ramah lingkungan, yang dapat dirasakan manfaatnya secara konkret oleh seluruh lapisan masyarakat.
Agar pengelolaan terhadap lingkungan benar-benar sesuai peruntukannya, dan agar segala bentuk korupsi yang timbul sebagai akibat dari ijin pengelolaan hutan tidak terjadi, maka diperlukan tindakan tegas dari pemerintah dalam bentuk sanksi yang keras bagi setiap pelanggar. Hal ini perlu dilakukan agar peristiwa Medan tidak terjadi di Banten dan di seluruh wilayah nusantara.
Pencabutan pohon korupsi merupakan sumbangsih terbesar bagi penyelamatan lingkungan. Dengan penyelamatan lingkungan maka cita-cita menjadi paru-paru dunia tidak lagi sebagai angan-angan atau isapan jempol belaka. Terwujudnya cita-cita menjadi paru-paru dunia adalah kebanggaan bagi seluruh anak bangsa.
Gerakan penanaman pohon bagi penyelamatan dunia dari pemansan global memang hal yang penting, tetapi yang lebih penting adalah penyelamatan hutan bagi kesejahteraan anak bangsa, sehingga anak-anak bangsa tidak lagi menangis karena bencana banjir, tanah longsor dan sebagainya. Jika semua itu dilakukan maka secara nyata Indonesia juga sebagai penyumbang terbesar bagi terselamatkannya dunia dari pemanasan global, dan jika semua itu tidak segera dilakukan maka gerakan penyelamatan dari pemanasan global akan menjadi pemanasan gombal. sekali lagi sebagai apresiasi atas gerakan penanaman sejuta pohon adalah pencabutan pohon-pohon korupsi dari segala bentuknya dan untuk mencabut semua pohon-pohon korupsi maka akar korupsi yaitu hilir dan tengah (kolusi dan nepotisme) harus dicabut dengan tidak meninggalkan sisa.
0 comments:
Post a Comment