More About Me...

Lorem ipsum dolor sit amet, nisl elit viverra sollicitudin phasellus eros, vitae a mollis. Congue sociis amet, fermentum lacinia sed, orci auctor in vitae amet enim. Ridiculus nullam proin vehicula nulla euismod id. Ac est facilisis eget, ligula lacinia, vitae sed lorem nunc. Orci at nulla risus ullamcorper arcu. Nunc integer ornare massa diam sollicitudin.

Another Tit-Bit...

Lorem ipsum dolor sit amet, nisl elit viverra sollicitudin phasellus eros, vitae a mollis. Congue sociis amet, fermentum lacinia sed, orci auctor in vitae amet enim. Ridiculus nullam proin vehicula nulla euismod id. Ac est facilisis eget, ligula lacinia, vitae sed lorem nunc.

Makna MTQN

Musbaqoh Tilawatil Quran atau yang lebih dikenal dengan singkatan MTQ merupakan salah satu wahana bagi kegiatan syiar Islam. Melalui lantuman nada-nada yang indah kalimat-kalimat wahyu diperdengarkan sebagai suatu peringatan dan kabar gembira bagi seluruh umat manusia.

Peringatan dan kabar gembira tersebut seyogyanya menjadi landasan berpijak setiap umat Islam dalam melakoni perjalanan hidup. Sebagai seorang kafilah dalam sebuah pengembaraan menuju kampung halaman yang hakiki, mestinya alqur’an tidak hanya terhenti pada keindahan lantuman nada, dengan demikian suksesi MTQ tidak hanya terhenti pada simbol-simbol belaka. Kesuksesan MTQ bukan pada persoalan penyelenggaraan semata, tapi harus lebih dari semua itu yakni MTQ sejatinya harus mampu mengubah bangsa melalui perilaku-perilaku individu, baik sebagai penyelenggara negara maupun sebagai warga negara.

Lantuman ayat-ayat yang diperdengarkan oleh setiap peserta memiliki makna hakiki bukan simbolik, dan makna itu harus dapat ditangkap dengan baik. Dengan memahami makna yang baik, diharapkan segala aspek kehidupam masyarakat bergulir dengan baik melalui suatu pelayanan publik yang baik pula. Karena hakikat dari sebuah penyelenggaraan negara adalah pemenuhan kebutuhan bagi publik sebagai wujud nyata dari sebuah proses ibadah, yang tentu bernilai tanggung jawab secara vertikal (tanggung jawab terhadap publik) maupun horizontal (tanggung jawab pada Allah).

Melalui tanggungjawab tadi maka, diharapkan tidak ada lagi perilaku-perilaku negatif dari penyelenggara negara maupun perilaku-perilaku negatif dari setiap warga negara. Di mana perilau-perilaku negatif tersebut bukan menjadi rahasia umum terutama di wilayah Banten yang menyangkut sektor pelayanan publik.

Merupakan kekeliruan bila sebuah penyelenggaraan MTQ hanya dilandaskan pada suksesi program, terlebih lagi untuk mecapai target suksesi tersebut nilai-nilai pemborosan dijastifikasi sebagai suatu kebenaran dan dibenarkan, karena seharusnya MTQ mempunyai tujuan pasti yaitu perubahan bangsa, sehingga bangsa Indonesia tidak terjerembab pada persoalan-persoalan sosial bangsa yang berkepanjangan. Jadi MTQ harus dimaknai dengan benar bukan sebagai MTQ (Mumpung Tidak Qetahuan).

MTQ Bukan Makin Tak Qaruan

Salah satu indikasi pelayanan publik yang baik adalah percepatan penyelenggaraan bagi kesejahteraan warga negara, yang tentunya pada setiap aspek. Pada ajang MTQ ini ada fenomena yang menarik yang saya cermati yaitu demi suksesi penyelenggaraan para pengemis dibersihkan. Pembersihan ini harus dilakukan secara profesional dan proporsional sehingga tidak menimbulkan persoalan, karena jika tidak dilakukan secara profesional dan proporsional ini akan menjadi kontra produktif atau “Makin Tidak Qaruan (MTQ).

Pembersihan terhadap para pengemis akan menjadi bijak kalau dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari dan juga tidak semua pengemis harus dibersihkan, misalnya para pengemis yang memang memiliki keterbatasan dengan fisiknya mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa kecuali mengemis, karena perut mereka bukan “karung” yang bisa “dikelumpukaken” atau dibiarkan begitu saja. Hak untuk mempertahankan hidup merupakan hak asasi manusia yang harus diselenggarakan oleh pemerintah terhadap warga negaranya.

Akan lebih menarik lagi jika pasca MTQ tidak lagi ada pengemis dan gelandangan di wilayah Banten yang disebabkan oleh pelayanan publik yang baik atas kebutuhan masyarakat miskin, artinya pemerintah telah benar-benar memaknai arti MTQ bagi perubahan bangsa, sehingga segala kebutuhan masyarakat miskin menjadi prioritas utama, bukan hanya pandai melakukan penggusuran fisik tanpa solusi yang jelas bagi kesejahteraan masyarakat secara nyata.

Persoalan kesejahteraan masyarakat merupakan kewajiban pemerintah, terlebih jika dipahami dari sisi kepemimpinan. Kepemimpinan dalam Islam mengajarkan bahwa pemimpin mempunyai kewajiban terhadap proses penyelenggaran kesejahteraan bagi masyarakat, hal itu tercermin dari gerakan terakhir dari sholat kita yakni “salam”. Melalui gerakan dan ucapan salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri pada hakikatnya mengingatkan setiap kita sebagai pemimpin harus mampu menyelenggarakan kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpin (ma’mum) yang berada di sebelah kanan dan kiri kita. MTQ mengajarkan tentang bagaimana setiap kita (terutama pemimpin) dalam bersikap dan berperilaku. Jadi suksesi MTQ bukan pada penyelenggaraan tapi bagaimna perubahan terhadap bangsa menjadi suatu kenyataan. Semua perubahan itu harus dimulai dari perilaku para pemimpin yang kemudian diiringi dengan suatu ajakan perubahan kepada seluruh anak bangsa (semangat kuangfusakum wa ahlikum).


0 comments:

Post a Comment



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent